Mobil sport kini tengah dalam perbincangan, pasalnya kini sedang viral dua kecelakaan yang sama-sama melibatkan dua mobil sedan mewah atau sport car.
Kecelakaan yang pertama ialah Mazda RX-8 yang menabrak pohon di pembatas jalan di BSD, Tangerang. Sedangkan kecelakaan kedua melibatkan Ferrari di Bundaran Senayan, Jakarta.
Perbedaannya ialah Mazda RX-8 mengalami kecelakaan tunggal. Sedangkan kecelakaan pada Ferrari melibatkan sejumlah kendaraan bermotor, termasuk dua mobil yakni Taksi Blue Bird Toyota Avanza, Honda Brio, serta tiga sepeda motor, yaitu Honda Beat, Benelli dan Honda Verza.
Baca juga: BMW i7 Jadi Tunggangan Pemimpin Negara di KTT Asean ke-43, Harganya Fantastis!
Kedua mobil tersebut dianggap bukan untuk pengemudi pemula karena mesti menjinakkan tenaga yang besar. Hingga kini Ditlantas Polda Metro Jaya terus melakukan penyelidikan mengenai kedua kecelakaan tersebut.
Pentingnya pengalaman membawa mobil sport
Pengajar senior di Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana mengatakan sebaiknya punya pengalaman yang cukup atau setidaknya mengenal karakteristik jika ingin membawa mobil sport atau supercar.
"Mobil ini memang harus dikendarai oleh orang yang sudah biasa. Kalau orang belum pernah kenal yang ada ialah slip atau over power di kecepatan tinggi atau di tarikan awal. Jadi mereka bisa tidak mengontrol spinnya karena ini tidak sembarangan memang butuh jam terbang, jadi tidak serta merta itu mobil digas pasti lempeng apalagi kalau tarikan belakang (RWD) pasti overstreer," ucapnya dikutip Kompas.com.
Sony menyebut di mobil-mobil yang punya kecepatan tinggi biasanya ada control traction untuk menjaga mobil tidak liar.
Namun secanggih apapun teknologi yang ada tetap peran pengemudi yang menentukan. "Ketika kita berkendara dengan kendaraan yang punya power besar kita akan terpacu untuk ngegas. Kalau kita berpikir kondisi kosong tapi bukan berarti aman," katanya.
Harus ada SIM Khusus
Selain itu, Sony juga mengatakan jika melihat kapasitas mobil perlu ada penggolongan SIM mobil atau SIM A.
Baca juga: Waspada, 7 Hal ini Bisa Bikin Mobil Turun Mesin
Alasan baginya, SIM untuk kendaraan besar yaitu SIM B dibagi berdasarkan kelas, kemudian SIM sepeda motor atau SIM C juga diklasifikasikan berdasarkan kubikasi yaitu SIM C, C1 dan C2.
"Kalau kita bicara perlu, iya saya setuju, tapi masalahnya di Indonesia ini tertib administrasi saja belum. Kita jangan bahas SIM A atau C, yang tidak punya SIM saja masih banyak bawa kendaraan, saya sih itu dulu," ujar Sony.
"Saya yakin kalau itu sudah tertib maka dibuatlah aturan lebih ketat. Kalau sekarang dasarnya saja belum terlaksana dengan baik," tutur Sony lebih jauh.Sony menyebutkan idealnya memang ada penggolongan SIM buat mobil, supaya pengendara supercar ialah memang orang yang cakap atau mengenal karakteristik mobil bertenaga besar namun saat ini dirasa belum berguna.
Karenanya menurut Sony, di mobil-mobil teknologi dan kecepatan tinggi biasanya ada control traction untuk menjaga mobil tidak liar. Penting membutuhkan peran mengemudi yang menentukan.
"Untuk perbedaan (SIM B dan C) itu dari dimensi agar polisi lebih mudah untuk membedakan dan menindak. Jika bicara SIM A khusus mobil sport ini orang yang sudah diatur. Cuma perwira yang berani menyetop Ferrari," tutup Sony.
Baca juga: Agar Efektif Tekan Polusi, Kendaraan dari Luar Jakarta Wajib Lulus Uji Emisi
Nah, menurut kamu sendiri, apakah mobil sport membutuhkan SIM khusus? Semoga adanya peristiwa ini bisa menjadi pembelajaran bagi seluruh masyarakat, ya.
Pastikan kamu tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang bisa didapatkan di mobbi. Selain itu, kamu pun bisa dapatkan berbagai mobil bekas yang kamu harapkan dengan mengakses mobbi sekarang juga melalui aplikasi yang bisa diunduh di Play Store atau App Store!