Hubungi kami : 
Radiator mobil kinerjanya tidak terlepas dari kualitas cairan yang digunakan. Umumnya, menggunakan coolant atau air radiator yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrikan mobil itu sendiri.
Kinerja air radiator
Fungsi air radiator memanglah sangat penting bagi sistem pendingin mobil. Cara kerja air radiator sebagai coolant adalah menyerap panas mesin lalu membuangnya melalui radiator mobil.
Jika biasanya mobil menggunakan coolant rekomendasi pabrikan, berbeda dengan kendaraan yang sudah lama. Terlebih yang berusia lebih dari 10 tahun terkadang sudah tidak lagi menggunakan cairan coolant tersebut.
Baca juga: Jangan Asal Dengerin Musik Sambil Berkendara, Begini Tips Amannya
Untuk menggantikannya, banyak pemilik mobil yang menggunakan air mineral, air matang, atau bahkan air hasil buangan pendingin ruangan. Banyak masyarakat yang mempercayai bahwa air hasil dari proses kondensasi AC tersebut bagus untuk radiator.
Hal ini karena air buangan AC tidak menyebabkan terjadinya kerak pada radiator sehingga tidak akan menyumbat salurannya. Namun beberapa sumber juga menyebutkan tidak merekomendasikan air buangan AC sebagai pengganti coolant.
Lalu, apakah benar air buangan AC di rumah ini layak digunakan untuk radiator mobil?
Air AC untuk radiator mobil?
Air buangan AC memang dinilai lebih baik jika dibandingkan dengan cairan lainnya seperti air mineral atau air yang sudah dimatangkan. Air buangan AC yang sudah hasil dari kondensasi ini tidak mengandung mineral.
Baca juga: Mau Beli Mobil Transmisi Matic Bekas? Simak Dulu Tipsnya
Oleh karena itu saat ini air mendidih tidak akan menyebabkan munculkan kerak pada radiator yang bisa menyumbat saluran ataupun pipa kapiler. Namun, berdasarkan riset yang sebelumnya pernah dilakukan, hasilnya menunjukan tetap menimbulkan karat di dalam mesin.
Oleh karena itu, baik air buangan AC, air mineral, maupun air matang, ketiga cairan ini sangat tidak disarankan untuk mengisi radiator. Selain itu, ada kandungan lain dalam air buangan AC yang juga merugikan.
Kekurangan air pembuangan AC dibanding coolant yakni tidak ada kandungan ethylene glycol yang mampu menaikan titik didih dan kandungan anti endapannya. Seperti yang kita ketahui, titik didih air pembuangan AC tetap saja berada di angka 100 derajat celsius.
Baca juga: Mana yang Benar, Ganti Oli Mobil Setiap 10.000 Km atau 5.000 Km?
Hal ini jelas berbeda dengan air radiator mobil yang umumnya mampu bertahan di titik didih mencapai 126 derajat celcius. Oleh karena itu, Air pembuangan AC di atas kertas juga akan lebih cepat menguap karena titik didih yang rendah.
Selain itu, karena tidak adanya kandungan anti endapan, maka air pembuangan AC kemungkinan akan menyebabkan sludge atau lumpur endapan pada beberapa komponen jika dipakai lama di sistem pendingin.
Tentunya dampak yang dirasakan secara langsung adalah pendinginan mesin yang tidak optimal dan berpotensi akan membuat mesin mudah overheat.
Baca juga: BMW i7 Jadi Tunggangan Pemimpin Negara di KTT Asean ke-43, Harganya Fantastis!
Oleh karena itu, sebaiknya mulai sekarang tetap gunakan coolant yang direkomendasikan oleh pabrikan supaya sistem pendinginnya dapat bekerja dengan optimal dan tidak membuat mobil kamu sering overheat.
Begitupun, jika kamu ingin membeli mobil bekas, perhatikan penggunaan air coolant yang sebelumnya. Atau bahkan kamu bisa mengecek kondisi pipa dan selangnya, apakah ada masalah.
Jika kamu melihat adanya karat ataupun endapan pada radiator mobil, lebih baik kamu segera kuras air radiator dan menggantinya dengan coolant yang sesuai dengan rekomendasi.
Baca juga: Ramah Lingkungan, Toyota Hadirkan Toyota Hilux Hidrogen di Inggris
Jika kamu ingin membeli mobil dengan harga bekas namun tetap berkualitas, kamu bisa kunjungi mobbi. Kamu juga bisa dapatkan berbagai informasi menarik lainnya. Akses mobbi sekarang juga melalui aplikasi dengan mengunduhnya di Play Store atau App Store!